Judul Buku: Pendiri, Mentari Penerang Jiwaku: Biografi Mgr. Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek, SVD I Penulis: Sr. Maria Emiliana, PRR I Prolog: P. Hendrikus Saku Bouk, SVD / Editor: Ola Tukan, Dwi Sulistyantarto I Penerbit: Altheras Publishing (2025) I Tebal Buku: XVIII + 154 halaman
=======================================
Untuk menyatakan syukur atas Pesta Perak hidup membiaranya, Sr. Maria Emiliana, PRR menulis buku berjudul Pendiri, Mentari Penerang Jiwaku: Biografi Mgr. Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek, SVD.
Pertanyaan yang bisa mengemuka dari pembaca: Mengapa bukan auto biografinya yang Sr. Maria ini tulis? Barangkali karena ia ingin meleburkan rasa syukurnya dalam penghormatan yang tinggi terhadap Mgr. Gabriel Manek, SVD pendiri kongregasinya, yakni Puteri Reinha Rosari atau PRR. Alasan tersebut tersua dalam Prakata suster kelahiran Ledoblolong, Lembata, pada 12 April 1965 ini.
”Mgr. Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek, SVD – sosok yang sangat saya kagumi karena begitu banyak pengalaman iman yang saya temukan dalam perjalanan hidup, khususnya setelah merayakan pesta perak kaul dalam kongregasi ini dan selama 35 tahun menapaki hidup membiara,” tulisnya.
Penulisan buku ini lanjutnya, merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan atas rahmat Tuhan yang dia alami melalui perantaraan nama Mgr. Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek, SVD: kehilangan barang berharga yang ditemukan kembali, serta doa mohon kehadiran buah hati dalam keluarga yang dikabulkan.
”Pemaparan pengalaman iman yang saya alami bersama sosok Pendiri dalam dinamika hidup dan karya menjadi motivasi utama dalam penulisan buku ini-dengan harapan dapat menyalakan kembali semangat iman dan dedikasi dalam menghayati visi-misi Pendiri, yakni semangat hidup Kongregasi Puteri Reinha Rosari,” akunya (hal. III).
Buku ini juga penulis maksudkan sebagai ”kontribusi kecil” dalam mendukung proses beatifikasi Hamba Allah Mgr. Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek, SVD.
Di mata Sr. Maria, Mgr Gabriel Manek adalah pribadi yang sungguh beriman, yang sepanjang hidupnya menghayati misteri salib dengan ketenangan dan sukacita.
Buku ini bisa menjadi teman para pembaca dalam merefleksikan kasih Tuhan yang tidak pernah putus dalam kehidupan. Serentak dengan itu, buku ini membawa pembaca mengenal lebih dekat uskup yang sejak kecil dikenal cerdas dan dekat dengan Tuhan itu.
P. Hendrikus Saku Bouk, SVD dalam prolognya menulis: Dalam sudut pandang tradisi budaya dan sistem pemerintahan tradisional Belu berbasis kerajaan (aristokrasi) di masa lampau, Mgr. Gabriel Manek, SVD adalah sosok spiritual, ilmuwan, seorang humaniter dan simbol representasi kewibawaan otorita istana yang selalu aktual.
Masih menurut P. Hendrikus, Uskup Gabriel Manek adalah sosok istimewa dengan selusin keunggulan dan karunia yang Tuhan tanam di dalam dirinya.
Arti nama menurut tradisi dan budaya Belu, ”Manek” adalah sapaan kehormatan untuk kaum laki-laki dari keluarga bangsawan, panggilan kesantunan kaum pria yang berdarah biru.
Dalam bahasa Tetun, Manek artinya karunia, berkat, mulia, agung, santun, yang ulung, yang berbahagia, berperadaban tinggi.*